Tuesday, April 3, 2007

Tips & Trick Melindungi Kabel

Indonesia yang dianugerahi hujan sepanjang tahun, mendatangkan tantangan tersendiri bagi para pencinta olahraga sepeda gunung. Hujan yang turun membasahi bumi akan membuat lintasan menjadi licin. Selain itu, lumpur diatas lintasan akan mudah terciprat kemana-mana saat kita melintas, tidak terkecuali ke muka kita. Kabel shifter-pun tidak akan luput dari cipratan lumpur ini. Ini akan membuat kemampuan perpindahan gigi terganggu, missed shift atau melompat ke posisi gear yang tidak sesuai dengan yang diinginkan/disesuaikan dengan kondisi lintasan. Selain itu, akan mempercepat proses keausannya dan memperpendek usia pakainya. Berikut Tips&Trick untuk menjaga kabel dari serangan lumpur yang setidaknya bisa memperpanjang usia pakai kabel shifter. Untuk setiap lubang kabel yang masuk ke frame, siapkan satu potong plester (plakban) ukuran 7 ~ 10 cm (perkiraan, tergantung diameter framenya) dan satu potong plester ukuran 2-3 cm. Tempelkan potongan kecil (2~3 cm) ditengah-tengah potongan besar (7~10 cm) saling menempel disisi yang memiliki lem perekat. Dengan posisi seperti ini maka didapatkan area yang tidak memiliki lem perekat untuk tempat masuknya kabel shifter. Tanpa lem perekat di area tersebut maka kemampuan perpindahan gigi tidak terganggu (smooth).

Pertama, kita lindungi kabel shifter untuk RD (rear derailleur). Tempelkan plester yang sudah disiapkan dari atas menutupi kabel shifter dan frame boss. Perhatikan bagian yang tanpa lem harus diletakkan pas ditengah-tengah pertemuan antara kabel shifter dan frame boss. Lekatkan semua plester sampai melingkupi semuanya. Tekan-tekan plester secara merata agar dapat merekat kuat disemua bagian dengan sedikit mungkin ada yang terbuka. Potong bagian plester yang tersisa dan rapikan. Selanjutnya kita lindungi FD (front derailleur), khususnya tipe bottom-pull FD. Tipe FD ini, kabel shifter akan menarik mekanisme FD dari bawah. Dengan posisi kabel shifter dari bawah tersebut maka air dan lumpur mudah sekali menumpuk di housingnya. Setiap kali kita melakukan perpindahan gigi, maka air dan lumpur akan mudah ikut masuk ke housingnya. Selama menggenjot pedal di medan becek dan berlumpur, disaat istirahat, selain memeriksa bagian lainnya, sesekali periksa plester tersebut. Jika agak longgar maka tekan-tekan plesternya agar merekat kembali.

Saat mencuci sepeda sepulang dari bersepeda, jangan dilepas dulu sebelum selesai menyemprot sepeda kita. Lepaslah plester setelah menyemprot sepeda dan sesaat sebelum mengeringkan sepeda (catatan: saat mencuci sepeda, jangan menyemprot dengan air bertekanan tinggi, terutama kearah bearing). Biasanya setelah beberapa kali memasang plester dan melepaskannya, ada sisa-sisa lem perekat yang mengumpul dan terbentuk disekitar frame boss. Ini akan mengurangi daya rekat plester. Bersihkan dengan alkohol kadar rendah (bisa dibeli di apotik).
Source:www.mtb-indonesia.com

Ban, Rem, Rantai dan Body berkarat

Tekanan Ban
Meski tergolong sepele, tekanan angin dalam ban tetap perlu diperhatikan demi kenyamanan serta keamanan bagi Anda sendiri. Setiap ban memiliki takaran isi udara yang berbeda. Ini sangat bergantung pada ukuran dan model ban. Biasanya pabrikan ban sudah mencantumkan rekomendasi kisaran tekanan di setiap dinding luar ban (side wall). Jangan coba-coba berspekulasi mcnambah atau mengurangi dari batas anjuran tersehut.
Setiap rokomendasi pabrik ban, selalu memberi kisaran tekanan udara batas bawah dan batas atas. Untuk menemukan tekanan udara yang sesuai hisa berpatokan pada berat tubuh pengendara serta permukaan medan yang bakal dilalap. Pesepeda yang bcrtubuh subur, sebaiknya menggunakan ban bertekanan tertinggi. SebaIiknya yang berbadan enteng, cukup memakai tekanan udara rendah.
Demikian pula jika melalui medan off road keras atau licin. Tekanan ban sewajarnya bisa dikurangi sekitar 510 psi. Ban depan dianjurkan lebih empuk, dengan tekanan udara 5-10 psi lebih rendah dibanding ban belakang.
Lain halnya jika Anda mengarungi medan jalan makadam. Untuk jalan berbatu ini, lebih baik Anda memompa ban seoptimal mungkin. Ban keras memang menyiksa karena buzzingnya bertambah. Tapi ban keras mengurangi risiko masuknya pasir dan batuan kecil ke sela-sela antara ban dan velg .

Rantai Tegang
Penyakit ini kerap melanda sepeda yang terlalu lama tersimpan di dalam gudang. Penyakit ini muncul akibat serangan karat dan kotoran di sela-sela mata rantai. Tanda-tandanya selain susah dipindahkan ke lain, rantai tegang juga mengeluarkan suara gemeretak saat pedal dikayuh.
Ini penyakit sederhana sebenarnya. Cuma untuk menyembuhkan dibutuhkan ketelatenan ekstra. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membersihkan rantai dari karat dan kotoran dengan sikat kawat yang tak terlalu kaku. Setelah itu, lumuri rantai dengan pelumas. (dev)

Rem "bernyanyi"
Saat mengerem, dan tiba-tiba muncul suara "brrttt"? Santai saja. Jika Anda memakai rein tipe V-Brake, suara "brrrrt" yang muncul itu muncul akibat brake shoes (karet rem) tak rata hingga tak seluruh permukaannya bisa "mendarat" bersamaan saat brake lever dipencet. Penyebabnya aneka macam. Pertama, posisi rem salah (biasanya terjadi akibat baut yang mengikat bodi rem dengan fork atau chain stav terlalu kendor), bisa juga terjadi akibat broke shoes sudah aus.
Jika ingin menyembuhkan penyakit ini, temukan penyebabnya dulu. Jika masalahnya terletak pada setelan, set ulang. Jika suara "brrrrt" muncul akibat brake shoes tak rata, penyembuhan dengan ampelas seringkali sudah memadai.
Bagaimana jika yang berbunyi itu rem disk? Kasus yang paling sering, suara itu keluar akibat piston rem atau disk kotor. Dalam kasus infiltrasi kotoran ke piston atau disk, suara hanya akan muncul jika rem terlalu banyak digunakan hingga komponennya memanas. Jika saat dingin pun suara itu muncul, hal yang patut dicurigai adalah posisi pemasangan rem. Cobalah kendorkan dan kencangkan kembali mounting. Biasanya suara tak sedap itu akan hilang dengan sendirinya.

Kerosen atau solvent?
Karena Banyak komponen terbuat dari logam karat merupakan salah satu ancaman yang sclalu siap menerkam sepeda. Persoalannya saat hendak membersihkan, kita akan dihadapkan pada dua pilihan: pakai solvent (spray khusus pembersih karat atau pakai minyak tanah alias kerosen). Dua-duanya sebenarnya bisa dipakai.
Risikonya saja yang beda. Jika membersihkan dengan minyak tanah, artinya tangan harus siap kotor. Dengan spray, tangan pasti lebih bersih. Risiko lainnya, spray solvent punya adat buruk. Dia tak hanya doyan makan karat tapi juga mengerat logam. Alhasil, jika komponen yang baru saja disemprot tak buru-buru dilap, ada kemungkinan komponen itu cacat akibat logamnya dimangsa oleh sang solvent.
Kata lainnya membersihkan dengan minyank tanah lebih bagus. Apalagi minyak tanah juga disubsidi pemerintah hingga harganya sangat murah. Itulah alasan mengapa judul tulisan ini menggunakan kata kerosen, bukan minyak tanah. Biar tak banyak yang marah karena subsidi salah arah dari dapur rumah tangga miskin ke sepeda. (dev//djiesamsoe.com/)