Tuesday, April 3, 2007

Ban, Rem, Rantai dan Body berkarat

Tekanan Ban
Meski tergolong sepele, tekanan angin dalam ban tetap perlu diperhatikan demi kenyamanan serta keamanan bagi Anda sendiri. Setiap ban memiliki takaran isi udara yang berbeda. Ini sangat bergantung pada ukuran dan model ban. Biasanya pabrikan ban sudah mencantumkan rekomendasi kisaran tekanan di setiap dinding luar ban (side wall). Jangan coba-coba berspekulasi mcnambah atau mengurangi dari batas anjuran tersehut.
Setiap rokomendasi pabrik ban, selalu memberi kisaran tekanan udara batas bawah dan batas atas. Untuk menemukan tekanan udara yang sesuai hisa berpatokan pada berat tubuh pengendara serta permukaan medan yang bakal dilalap. Pesepeda yang bcrtubuh subur, sebaiknya menggunakan ban bertekanan tertinggi. SebaIiknya yang berbadan enteng, cukup memakai tekanan udara rendah.
Demikian pula jika melalui medan off road keras atau licin. Tekanan ban sewajarnya bisa dikurangi sekitar 510 psi. Ban depan dianjurkan lebih empuk, dengan tekanan udara 5-10 psi lebih rendah dibanding ban belakang.
Lain halnya jika Anda mengarungi medan jalan makadam. Untuk jalan berbatu ini, lebih baik Anda memompa ban seoptimal mungkin. Ban keras memang menyiksa karena buzzingnya bertambah. Tapi ban keras mengurangi risiko masuknya pasir dan batuan kecil ke sela-sela antara ban dan velg .

Rantai Tegang
Penyakit ini kerap melanda sepeda yang terlalu lama tersimpan di dalam gudang. Penyakit ini muncul akibat serangan karat dan kotoran di sela-sela mata rantai. Tanda-tandanya selain susah dipindahkan ke lain, rantai tegang juga mengeluarkan suara gemeretak saat pedal dikayuh.
Ini penyakit sederhana sebenarnya. Cuma untuk menyembuhkan dibutuhkan ketelatenan ekstra. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membersihkan rantai dari karat dan kotoran dengan sikat kawat yang tak terlalu kaku. Setelah itu, lumuri rantai dengan pelumas. (dev)

Rem "bernyanyi"
Saat mengerem, dan tiba-tiba muncul suara "brrttt"? Santai saja. Jika Anda memakai rein tipe V-Brake, suara "brrrrt" yang muncul itu muncul akibat brake shoes (karet rem) tak rata hingga tak seluruh permukaannya bisa "mendarat" bersamaan saat brake lever dipencet. Penyebabnya aneka macam. Pertama, posisi rem salah (biasanya terjadi akibat baut yang mengikat bodi rem dengan fork atau chain stav terlalu kendor), bisa juga terjadi akibat broke shoes sudah aus.
Jika ingin menyembuhkan penyakit ini, temukan penyebabnya dulu. Jika masalahnya terletak pada setelan, set ulang. Jika suara "brrrrt" muncul akibat brake shoes tak rata, penyembuhan dengan ampelas seringkali sudah memadai.
Bagaimana jika yang berbunyi itu rem disk? Kasus yang paling sering, suara itu keluar akibat piston rem atau disk kotor. Dalam kasus infiltrasi kotoran ke piston atau disk, suara hanya akan muncul jika rem terlalu banyak digunakan hingga komponennya memanas. Jika saat dingin pun suara itu muncul, hal yang patut dicurigai adalah posisi pemasangan rem. Cobalah kendorkan dan kencangkan kembali mounting. Biasanya suara tak sedap itu akan hilang dengan sendirinya.

Kerosen atau solvent?
Karena Banyak komponen terbuat dari logam karat merupakan salah satu ancaman yang sclalu siap menerkam sepeda. Persoalannya saat hendak membersihkan, kita akan dihadapkan pada dua pilihan: pakai solvent (spray khusus pembersih karat atau pakai minyak tanah alias kerosen). Dua-duanya sebenarnya bisa dipakai.
Risikonya saja yang beda. Jika membersihkan dengan minyak tanah, artinya tangan harus siap kotor. Dengan spray, tangan pasti lebih bersih. Risiko lainnya, spray solvent punya adat buruk. Dia tak hanya doyan makan karat tapi juga mengerat logam. Alhasil, jika komponen yang baru saja disemprot tak buru-buru dilap, ada kemungkinan komponen itu cacat akibat logamnya dimangsa oleh sang solvent.
Kata lainnya membersihkan dengan minyank tanah lebih bagus. Apalagi minyak tanah juga disubsidi pemerintah hingga harganya sangat murah. Itulah alasan mengapa judul tulisan ini menggunakan kata kerosen, bukan minyak tanah. Biar tak banyak yang marah karena subsidi salah arah dari dapur rumah tangga miskin ke sepeda. (dev//djiesamsoe.com/)

No comments: